TANYA: Rasulullah–shallallahu ‘alaihi wa sallam-telah melarang untuk memulai menyapa orang-orang kafir dengan salam. Anda juga mengetahui bahwa ada banyak perusahaan-perusahaan di negara-negara Islam yang di dalamnya terdapat orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi direkturnya.
Maka bagaimana cara kita berinteraksi dengan mereka. Dan bagaimana juga caranya menggabungkan hadits di atas dengan penyebaran agama Islam melalui para pedagang, kebaikan akhlak mereka dan muamalah mereka.
Kami mohon penjelasan anda bagaimana cara berinteraksi dengan mereka, kapan interaksi kita dengan mereka terjalin dengan baik dan kapan kita tidak berinteraksi dengan mereka. Apakah interaksi kita dengan mereka bergantung dengan cara interaksi mereka kepada kita?
JAWAB: Alhamdulillah, disitat dari Islamqa, termasuk bentuk keindahan agama kita yang mulia, ia telah memberikan kebaikan bagi alam semesta, menurunkan rahmat kepada seluruh makhluk. Ia mengajak agar kita menjadi duta kesejahteraan dan keadilan untuk semua kemanusiaan; kecuali mereka yang telah menodai tangan-tangan mereka dengan darah umat Islam dan menindas orang-orang lemah.
Allah –Ta’ala- berfirman:
( لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ) الممتحنة/8 .
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al Mumtahanah: 8)
Dari penjelasan di atas, maka memungkinkan bagi seorang pegawai muslim berinteraksi dengan direkturnya atau temannya yang non muslim dengan baik kepada kepada mereka.
Pertama:
Menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diamanahkan kepadanya dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, sehingga kesan buruk yang difahami banyak orang bahwa non muslim itu selalu unggul dalam pekerjaan menjadi pupus, juga agar umat Islam tidak identik dengan pekerjaan yang setengah-setengah dan meremehkannya. Hal ini sebagaimana yang tertera di dalam Al Qur’an dan Sunnah perintah untuk menjaga amanah, meskipun orang yang mempercayakannya berbeda agama, sebagaimana sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-:
( أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ ) رواه أبو داود (3534) ، وصححه الألباني في ” سنن صحيح أبي داود ” .
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang mempercayakannya kepadamu dan janganlah mengkhianati orang yang mengkhianatimu”. (HR. Abu Daud: 3534 dan dishahihkan oleh Albani dalam Sunan Shahih Abu Daud)
Termasuk perbuatan baik kepada mereka: “Menyapa mereka dengan semua ucapan yang mengandung kebaikan, seperti ucapan selamat pagi, selamat sore, menanyakan kabarnya, keluarga dan anak-anaknya, mendoakan agar mendapatkan petunjuk, kebahagiaan dan kebaikan, memuji sifat baik orang kafir tersebut, dan lain sebagainya yang serupa dengan hal itu dari semua sikap kesantunan.
Jangan pernah anda mengira bahwa larangan untuk memulai ucapan salam kepada mereka adalah haram juga mengucapkan selamat dengan bentuk lainnya; kata Salam adalah salah satu dari Nama Allah –Ta’ala- yang memiliki karakteristik khusus dalam agama yang menuntut hanya untuk memulai ucapan di antara kaum muslimin saja. Sedangkan kata selain Salam dari semua bentuk ucapan selamat, seperti: marhaban (selamat datang), semoga pagimu menyenangkan, ahlan wa sahlan (selamat datang) maka tidak bisa dianalogikan dengan kata: “Assalamu’alaikum”.
Disebutkan dalam Al Majmu’ karya Imam Nawawi (4/487):
“Agar mengatakan: “Hadakallah (semoga Allah memberimu hidayah), ‘An’amallahu shabahaka (semoga Allah menjadikan pagimu penuh dengan nikmat), ucapan ini tidak apa-apa jika memang dibutuhkan ucapan selamat kepada mereka untuk mencegah keburukannya dan atau semacamnya, maka hendaknya mengatakan: Semoga pagimu menjadi baik, menyenangkan, sehat dan lain sebagainya”.
Disebutkan dalam Fatawa Lajnah Daimah, edisi pertama (3/434):
“Tidak boleh memulai untuk mengucapkan salam kepada orang kafir, sebagaimana hadits yang hadits Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
( لا تبدأوا اليهود والنصارى بالسلام ، فإذا لقيتم أحدهم في طريق فاضطروه إلى أضيقه ) رواه مسلم .
“Janganlah kalian memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani !, maka jika kalian berpapasan dengan salah satu dari mereka di jalan, maka himpitlah ke tempat yang lebih sempit”. (HR. Muslim)
Dan di dalam hadits Anas –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
( إذا سلم عليكم أهل الكتاب فقولوا وعليكم ) رواه البخاري ومسلم
“Jika ahli kitab memberikan salam kepada kalian, maka katakanlah: “Wa ‘alaikum” (Semoga kalian celaka)”. (HR. Bukhori dan Muslim)
Maka menjawab salam mereka sesuai dengan apa yang telah ditunjukkan oleh hadits, yaitu: “Wa ‘Alaikum” (Semoga kalian celaka).
Namun tidak apa-apa untuk memulai ucapan: Bagaimana kabarmu ?, selamat pagi, selamat sore, dan lain sebagainya jika hal itu memang dibutuhkan. Beberapa ulama telah menyatakan hal itu dengan jelas, di antaranya adalah Abu Abbas Syeikh Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah-.
Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- berkata:
“Sebagian ulama berkata: “Jika kamu berkata: “Selamat pagi, selamat datang wahai fulan, maka yang demikian itu bukan termasuk salam; karena Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
( لا تبدءوهم بالسلام )
“Janganlah kalian memulai salam kepada mereka”.
Salam itu adalah do’a, berbeda dengan marhaban (selamat datang), Ahlan bi fulan (selamat datang), itu adalah bentuk ucapan bukan salam”. (Liqa Al Bab Al Maftuh)
Dengan ini berarti anda terlah mengerti bahwa tidak bertentangan antara larangan memulai mengucapkan salam kepada mereka dengan akhlak kaum muslimin yang telah menyebarkan Islam di muka bumi.
Termasuk di antara bentuk kebaikan dalam berinteraksi adalah bergabung dengan kebahagiaan dan kesedihan dalam masalah duniawi, adapun kebahagiaan keagamaan mereka yang tertuang pada hari-hari raya mereka, maka jauhilah. Adapun jika dalam yang lainnya maka tidak apa-apa ikut serta, mengunjungi mereka, menjalin hubungan untuk mengucapkan selamat atau belasungkawa, seperti; ketika meraih kesuksesan, baru kembali dari perjalanan, baru sembuh, atau karena meninggalnya kerabat atau teman dekatnya. Kerena jalinan hubungan semacam ini pasti akan mempunyai dampak yang akan terkesan di dalam hati, dengan perangai seperti itu akan tercipta sisi kemanusiaan yang positif pada agama kita yang mulia dan akan bermanfaat baginya untuk mengajaknya ke dalam Islam.
0 Response to "Bagaimana Cara Berbuat Baik kepada NonMuslim?"
Posting Komentar